CILEGON - Pemerintah Kota Cilegon menggelar rapat kordinasi bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah II Banten yang berlangsung di Ruang Rapat Wali Kota Cilegon, Senin 01 Desember 2025.
Rapat tersebut membahas terkait identifikasi potensi bencana serta strategi mitigasi menghadapi cuaca ekstrem yang diprediksi meningkat dalam beberapa pekan ke depan.
Dalam sambutannya, Wali Kota Cilegon Robinsar menyampaikan bahwa BMKG telah memprediksi puncak musim hujan akan terjadi pada bulan Januari. Kondisi tersebut menurutnya harus menjadi perhatian serius bagi seluruh unsur instansi pemerintah maupun masyarakat.
Lebih lanjut, Robinsar menjelaskan bahwa meskipun kondisi Kota Cilegon saat ini masih tergolong normal dengan intensitas hujan yang relatif stabil, langkah antisipatif tetap harus dipersiapkan sejak awal. Ia menegaskan bahwa upaya pencegahan tidak boleh dilakukan ketika bencana sudah terjadi.
“Puncak musim hujan diprediksi berlangsung pada Januari, karena itu seluruh kesiapan harus dimaksimalkan mulai sekarang. Jangan menunggu air datang baru bergerak,” tegasnya.
Selain itu, Robinsar juga menghimbau seluruh masyarakat Kota Cilegon untuk tetap waspada serta menjaga kebersihan lingkungan, khususnya memastikan saluran air dan drainase tidak dalam kondisi tersumbat. Ia menegaskan bahwa persoalan banjir tidak semata-mata disebabkan oleh curah hujan yang tinggi, tetapi juga karena saluran air yang tidak berfungsi dengan baik.
"Saya minta kepada RT, RW, dan lurah untuk turun langsung melakukan kerja bakti bersama atau Gotong royong dengan masyarakat, mana yang sekiranya bisa dilakukan dengan masyarakat, lakukan, seperti selokan yang mampet dan lainnya," ujarnya.
Terakhir, Robinsar berharap Kota Cilegon senantiasa diberikan perlindungan dan keselamatan.
“Semoga Allah SWT melindungi Kota Cilegon, menjauhkan dari segala marabahaya, dan memberikan keselamatan bagi seluruh masyarakat,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala BMKG Wilayah II Hartanto menyampaikan bahwa Kota Cilegon saat ini telah resmi memasuki musim penghujan. Ia menjelaskan bahwa wilayah Cilegon menjadi salah satu daerah yang mengalami pergeseran awal musim hujan dibandingkan daerah lain di Provinsi Banten. "Wilayah Kota Cilegon akan mencapai puncak musim hujan pada Januari 2026,” jelasnya.
Hartanto menegaskan jika kondisi tersebut harus menjadi perhatian bersama, khusunya Pemerintah dan masyarakat. "Saya berharap masyarakat dapat memahami informasi yang kami sampaikan dan bersiap dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem yang mungkin akan datang,” katanya.
Hartanto juga menghimbau agar masyarakat dapat memperhatikan setiap peringatan dini yang dikeluarkan BMKG. Ia menekankan bahwa masyarakat harus mengetahui langkah yang perlu dilakukan ketika peringatan dini disampaikan. Dikatakan Hartanto, informasi cuaca dan peringatan dini telah rutin disampaikan melalui kanal resmi BMKG. “Informasi sudah kami sebar secara berkala agar dapat dipahami dan direspons oleh masyarakat,” katanya.
Selain banjir, Hartanto juga menyoroti potensi terjadinya gempa bumi di wilayah Kota Cilegon yang harus diantisipasi. Ia menyebutkan bahwa Cilegon berada dalam zona yang berpotensi terdampak aktivitas gempa di sekitar Selat Sunda.
“BMKG tidak hanya menangani cuaca, tetapi juga memantau potensi kegempaan yang terjadi. Wilayah Cilegon merupakan daerah yang berpotensi terdampak jika terjadi gempa aktif di sekitar Selat Sunda,” ungkapnya.
Hartanto menegaskan bahwa informasi tersebut tidak bertujuan untuk menciptakan rasa takut, melainkan meningkatkan kesadaran dan kesiapsiagaan bagi masyarakat Cilegon. “Ini bukan untuk menimbulkan kepanikan, tetapi untuk meningkatkan kewaspadaan dan pemahaman bagi masyarakat,” pungkasnya. (*)
0 Komentar