Tak Patah Semangat! Nenek Usia 63 Tahun Jualan Gudeg Jogja Pinggir Jalan Demi Suami dan Cucu

KORAN MEDSOS – Di balik riuhnya kendaraan dan aktivitas yang melintas di Jl. Taman Krakatau, Margatani, Kabupaten Serang, ada sepetak kisah perjuangan seorang nenek yang menyentuh hati. (29/8)

Terlihat sebuah mobil dengan bagasi belakang terbuka. Di sanalah, seorang nenek bernama ibu Wiwit (63) dengan setia menjajakan sepiring kehangatan: gudeg khas Yogyakarta yang menyuguhkan rasa otentik.

Berasal dari Jawa Timur, ibu Wiwit di usia senja yang seharusnya dihabiskan dengan beristirahat, ia justru memilih untuk terus berkarya. Alasannya sederhana, namun begitu mulia: demi sang suami dan cucunya yang berusia 19 tahun.

“Saya mulai berjualan itu sejak usia 28 tahun, asli Jawa Timur namun lama di Jogja, kalau berjualan disini baru jalan 4 tahun. Awalnya memang cuma nyantai di rumah, tapi kalau berdiam diri kan saya punya kebutuhan, suami sakit diabetes, perlu obat setiap bulannya, dan 1 cucu juga ada yang tinggal bareng sama saya usianya 19 tahun,” ungkap Ibu Wiwit dengan senyum manisnya.

Selain gudeg, ia juga menawarkan menu lain seperti krecek, opor ayam kampung, ayam goreng kalasan, dan lainnya setiap hari mulai jam 07:00 pagi hingga jam 12:00 siang. Ia menyiapkan bahan baku, memasak, menyetir, manjajakan dagangannya sendiri, pun dibantu, hanya ada satu pegawai yang membantunya memasak. 

“Saya sendiri, nyetir sendiri, masak juga sendiri, ada yang bantu tapi tetap saja urusan bumbu saya yang olah sendiri. Tapi saya alhamdulillah masih kuat, semangat buat berjualan,” ujarnya. 

Dengan resep asli khas Jogja. Aroma rempah-rempah pilihan menyebar sepanjang jalan, seolah memanggil para pelanggan untuk singgah. Dengan harga yang ditawarkan Rp18.000/bungkus, lengkap segala jenis menu tanpa ayam, dan Rp22.000 lengkap dengan tambahan ayam suwir. Gudegnya bukan hanya lezat dan terjangkau, tetapi juga menjadi penawar rindu bagi para perantau yang merindukan cita rasa otentik yang sulit ditemukan di tempat lain.

Kisah perjuangan Ibu Wiwit adalah cerminan dari semangat pantang menyerah. Ia membuktikan bahwa batas usia hanyalah angka, dan cinta adalah motivasi terkuat. Ia juga menularkan semangat hidup yang luar biasa kepada siapa pun yang melintas terutama kaula muda. 

“Anak muda yang masih bisa berkarya ya saya pesan berkaryalah, apapun tantangannya tetap semangat, dari saya yang harus kuat semangat, karena saya harus mencari nafkah untuk suami dan cucu, dan optimis supaya diberi kekuatan, kesehatan,” pungkasnya dengan semangat.

Kisahnya adalah pengingat bahwa kebahagiaan sejati sering kali ditemukan dalam setiap tetes keringat yang mengalir demi orang-orang tercinta. (Wulan/MG)

Posting Komentar

0 Komentar