Mengapa Makanan Bisa Terasa Enak? Mengenal Ilmu di Balik Flavor

Ketika mencicipi satu hidangan, sering kali kita langsung tahu apakah makanan itu enak atau tidak. Namun, sedikit orang yang benar-benar memahami apa yang terjadi pada indera kita hingga sebuah makanan terasa gurih, harum, segar, hangat, atau bahkan mengecewakan. Jawabannya terletak pada satu konsep penting dalam ilmu pangan: flavor.

Flavor bukan sekadar “rasa” yang dirasakan lidah. Flavor adalah pengalaman kompleks yang merupakan perpaduan antara rasa, aroma, dan sensasi mulut. Ketiga komponen ini bekerja secara bersamaan sehingga otak memprosesnya sebagai satu kesatuan persepsi tentang makanan. Itulah sebabnya suatu makanan bisa terasa berbeda walaupun menggunakan bahan yang tampak serupa.

1. Flavor Bukan Hanya Soal Rasa

Banyak orang salah memahami flavor sebagai sinonim dari rasa. Padahal, rasa hanya satu bagian kecil dari keseluruhan persepsi. Ada tiga bagian utama yang membentuk flavor:

a. Rasa (Taste)

Rasa adalah sensasi dasar yang terdeteksi oleh reseptor di lidah. Rasa terbagi menjadi lima kategori utama:
• Manis – berasal dari gula dan pemanis alami maupun sintetis.
• Asin – dihasilkan oleh garam mineral.
• Asam – berasal dari asam organik seperti asam sitrat pada jeruk.
• Pahit – terdapat pada kopi, cokelat, atau senyawa tertentu pada sayuran.
• Umami – rasa gurih yang berasal dari senyawa glutamat, inosin, atau guanilat.

Rasa adalah fondasi dalam flavor, tetapi tanpa aroma dan sensasi lain, makanan tidak akan terasa “hidup.” Misalnya, kaldu tanpa aroma akan terasa hambar meskipun asin dan gurih.

b. Aroma

Aroma adalah komponen flavor yang paling dominan. Ketika kita mengunyah makanan, senyawa volatil (uap senyawa aromatik) dilepaskan dan naik ke rongga hidung. Di sinilah aroma diproses dan memberikan karakter khas pada makanan.

Contohnya:
• aroma rempah pada kari,
• aroma panggang pada kopi,
• aroma segar pada daun jeruk.

Ketika kita pilek, jalur penciuman tertutup sehingga aroma tidak dapat diproses. Akibatnya, makanan terasa hambar meskipun rasanya tidak berubah. Ini membuktikan betapa besarnya peran aroma dalam menciptakan flavor.

c. Sensasi Mulut (Mouthfeel)

Sensasi mulut adalah kesan fisik yang dirasakan saat makanan dikonsumsi. Sensasi ini tidak berkaitan langsung dengan rasa atau aroma, tetapi sangat mempengaruhi persepsi akhir.

Contohnya:
• Pedas dari cabai
• Dingin dari mentol
• Kesat dari buah yang belum matang
• Kremi atau lembut pada es krim
• Lengket atau berminyak pada beberapa makanan

Sensasi ini dipengaruhi oleh suhu, tekstur, dan reaksi kimia pada saraf trigeminal yang ada di mulut.

2. Bagaimana Flavor Terbentuk dalam Makanan?

Flavor dapat terbentuk secara alami atau melalui proses pengolahan makanan. Ada beberapa mekanisme pembentukan flavor:

a. Flavor Alami

Bahan alami seperti buah-buahan, rempah, daun aromatik, dan daging memiliki senyawa khas yang memberikan aroma dan rasa alami.
Misalnya:
• jeruk memiliki limonene,
• daun pandan memiliki coumarin,
• daging sapi memiliki senyawa umami alami.

b. Pembentukan Flavor Selama Pengolahan

Pengolahan makanan dapat meningkatkan, mengubah, atau menambah kompleksitas flavor. Dua reaksi yang paling umum adalah:
1. Reaksi Maillard
Reaksi antara gula dan protein saat dipanaskan, menghasilkan aroma panggang seperti pada roti, daging bakar, atau kue.
2. Karamelisasi
Pemanasan gula menghasilkan rasa manis yang lebih dalam dan warna kecokelatan.

c. Penambahan Flavor dalam Industri Pangan

Industri makanan sering menambahkan flavor untuk menjaga konsistensi produk. Hal ini dilakukan agar rasa produk tetap stabil meskipun disimpan dalam waktu lama atau melalui proses pemanasan.

3. Teknologi Flavor dalam Industri Pangan

Industri makanan menggunakan teknologi modern untuk menghasilkan flavor yang stabil, aman, dan tahan lama. Beberapa teknik penting meliputi:

a. Ekstraksi Senyawa Aroma

Teknik ini digunakan untuk mengambil aroma dari bahan alami seperti buah, bunga, atau rempah.

b. Blending (Pencampuran Flavor)

Flavorist atau ahli flavor mencampurkan berbagai senyawa aromatik untuk menghasilkan profil flavor yang diinginkan.

c. Encapsulation

Teknik ini membungkus senyawa flavor agar tidak mudah menguap atau rusak saat pemanasan, pengeringan, atau penyimpanan.
Dengan teknik ini, mie instan, bumbu tabur, dan camilan bisa memiliki aroma yang konsisten.

4. Mengapa Memahami Flavor Itu Penting?

Memahami flavor memberikan banyak manfaat, baik bagi konsumen, mahasiswa, maupun pelaku industri.
Beberapa di antaranya:
• membantu memahami proses ilmiah di balik kelezatan makanan,
• meningkatkan kemampuan memasak karena paham interaksi rasa dan aroma,
• mempermudah membaca label makanan dan kandungan bahan tambahan,
• mendukung inovasi kuliner, khususnya dalam industri makanan dan minuman.

Di era modern, di mana persaingan industri pangan semakin ketat, pemahaman tentang flavor membantu produsen menciptakan makanan yang tidak hanya enak, tetapi juga aman, stabil, dan sesuai preferensi masyarakat.

Kesimpulan

Flavor adalah perpaduan kompleks antara rasa, aroma, dan sensasi mulut. Ketiga komponen ini membentuk pengalaman makan yang utuh. Flavor bisa berasal dari bahan alami, terbentuk melalui proses pemasakan, atau dikembangkan melalui teknologi pangan modern. Dengan memahami flavor, kita dapat lebih mengapresiasi makanan yang kita konsumsi, sekaligus memahami bagaimana industri menciptakan produk yang menarik dan konsisten.

Referensi : 
• Breslin, P. A. S. (2013). An evolutionary perspective on food and human taste. Current Biology
• ⁠Rahardiyan, D. (2012). Kimia Pangan: Flavor, Warna, dan Tekstur. Universitas Terbuka.
• ⁠Reineccius, G. (2006). Flavor Chemistry and Technology (2nd ed.). CRC Press.
• ⁠Yuliarti, N. (2015). Aditif Pangan: Bahan Tambahan untuk Pangan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Penulis
Raiskha Zahwa Nandita

Posting Komentar

0 Komentar