KORAN MEDSOS – Di tengah gempuran makanan modern, cita rasa tradisional tetap memiliki tempat tersendiri di hati masyarakat. Salah satunya adalah gado-gado Betawi yang dijajakan Mpok Ranny di pinggir jalan Waringinkurung, Kabupaten Serang.
Makanan tradisional tersebut sudah akrab di lidah orang Indonesia. dengan citarasa asin, gurih, manis, dan pedas secara bersamaan, menyatu di lidah saat disantap bersama aneka sayur rebus. Namun, jarang ditemukan di sekitar kabupaten Serang, hal ini menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar.
Mpok Ranny yang asli Betawi ini mengaku sudah berjualan gado-gado sejak awal pandemi Covid-19 setelah terkena PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) ditempatnya bekerja.
“Dulu saya kerja jadi karyawan, tapi pas Covid-19 di PHK, ya saya putar otak biar dapat penghasilan gimana ya. Terus mau jualan, ya jualan apa yang disekitar sini belum ada atau jarang ada, yaudah saya berjualan gado-gado khas Betawi, karena saya juga orang Betawi ya,” tuturnya saat ditemui ditempat pada Senin, 1 September 2025.
Ia menjelaskan awal mula berjualan di rumah, sebelum ia mulai menjajakan dagangannya di stand yang saat ini ia tempati.
“Di waktu Covid itu saya jualnya dari rumah, ada yang pesan ya lewat online bisa juga, kalau di tempat sewa ini baru jalan satu tahun,” ujarnya.
Adapun menu yang ditawarkan selain gado-gado betawi, yaitu karedok, ketoprak, asinan betawi, dan rujak buah kacang. Dengan harga yang dipatok Rp15.000/porsi untuk semua menu dan Rp18.000 jika ada tambahan telur.
Hal yang membedakan antara gado-gado pada umumnya dengan gado-gado Betawi ialah terletak pada bahan baku dan tambahan sayur yang jarang ditemukan di gado-gado biasa.
“Bedanya gado-gado khas Betawi ini pakai terasi, bisanya kan pakai kencur nah ini nggak pakai. Terus sayurnya lebih komplit, pakai jagung juga sama kentang,” ungkap mpok Ranny.
Seperti usaha lainnya, mpok Ranny dalam menjalankan usaha itu juga menghadapi tantangan sebagai pedagang. Adapun tantangannya adalah angka penjualannya yang tidak menentu.
“Ya namanya usaha ya, kadang naik kadang turun, ini saya jualan juga nggak menentu untungnya,” terangnya.
Keberadaan gado-gado Betawi Mpok Ranny menjadi bukti bahwa kuliner tradisional tetap bisa bertahan di tengah arus modernisasi, terutama di kabupaten Serang. (Wulan/MG)
0 Komentar